Sutradara : Rich Moore
Penulis naskah : Rich Moore, Phil Johnston, Jim Reardon
Pengisi suara : John C. Reilly, Sarah Silverman, Jack McBrayer, Jane Lynch.
Studio : Walt Disney Animation Studios
Durasi : 108 menit
Genre : Animasi, komedi, drama
Ralph adalah tokoh
antagonis dalam permainan dingdong Fix-it Felix. Selama 30 tahun, lelaki tinggi
besar bertangan kokoh ini kerap menghancurkan gedung apartemen di Nicelanders.
Sedangkan Felix, lelaki kecil yang memiliki palu emas, bertugas memperbaiki
segala kerusakan. Dan Ralph jemu
Dia bosan merusak
gedung, jenuh dibenci orang-orang, iri melihat Felix selalu mendapatkan kue,
dan sedih tidur sendiri di tumpukan puing batu bata. “Aku ingin medali emas
serupa milik Felix,” kata Ralph.
Waktu itu, Ralph berkeluh di depan
temannya sesama penjahat dalam game. Seperti Zangief dan M.
Bison dari permainan Street Fighter; Clyde si hantu gentayangan sekaligus musuh
Pac Man, serta Cyborg dari Mortal Combat. Tapi tak ada yang mengerti kegalauan
Ralph. Dia pun pergi dari game Fix-It Felix.
Ralph ingin membuktikan bahwa dia juga
bisa meraih medali dari permainan lain. Namun hengkangnya Ralph membuat Felix
serta karakter lain di Fix-It Felix khawatir. Sebab, tanpa Ralph, tidak ada
yang bertugas menghancurkan gedung. Maka tidak ada benda yang bisa diperbaiki
Felix. Kalau sudah begitu, kiamatlah game Fit-It Felix.
Karena itu, Felix ikut pergi dari
permainan itu. Dia mencari Ralph ke game lain. Ralph
minggat, Felix juga menghilang. Dengan terpaksa, si pengelola dingdong, Litwak,
menempel kertas peringatan rusak di layar Fit-It Felix.
Ide cerita film animasi Wreck-It
Ralph ini mirip Toys Story. Masih soal mainan yang bisa
berbicara, bergerak, dan memiliki kehidupan sendiri kala manusia tidak
melihatnya. Bedanya, aktivitas mereka terbatas di arena dingdong
saja. Hanya bergerak dari satu game ke game lain
melalui kabel-kabel yang terhubung ke satu stop kontak. Tak seperti Woody,
Buzz, atau Rex yang bisa pindah rumah dan naik kendaraan manusia dalam Toys
Story.
Sutradara Wreck-It Ralph adalah
Rich Moore. Sepanjang kariernya, Moore dikenal sebagai pengarah keluarga
Simpsons. Ada 19 judul The Simpsons yang digarap Moore.
Misalnya:Bart the Murderer, Homer's Night Out, serta Simpson
and Delilah.
Terbiasa menggarap The Simpsons,
sepertinya tidak mempengaruhi Moore dalam membuat Wreck-It Ralph.
Sebab, di sini, Moore tidak menyinggung humor lokal atau sarkasme layaknya
keluarga Simpsons.
Bahkan, sebetulnya, tidak terlalu banyak
humor yang ditawarkan Moore. Kalaupun ada yang menggelitik, itu sifatnya hanya
sementara. Bukan lelucon yang bisa kembali membuat tertawa kala mengingatnya
lagi. Karena itu, Wreck-It Ralph bakal membosankan untuk
anak di bawah usia 8 tahun.
Di sini, Moore lebih berpaku pada
cerita. Mirip drama, namun plotnya agak ringan. Dengan demikian, bisa
dimengerti penonton yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Khususnya bagi
mereka yang duduk di kelas tiga ke atas.
Wreck-It Ralph memang animasi dan ditujukan untuk penonton cilik.
Tapi film ini berubah menjadi dewasa waktu Felix bertemu Sersan Tamora Jean
Calhoun dari permainan Hero’s Duty. Melihat sisi maskulin Calhoun, Felix jatuh
cinta. Karena itu, adegan ciuman dan tatapan mesra pun tak terhindarkan.
Membuat penonton cilik kudu dipaksa menutup matanya oleh orang tua mereka.
Yang membuat Wreck-It Ralph sama
dengan kebanyakan film Amerika, gambar bergerak produksi Studio Walt Disney ini
juga menyelipkan kesan patriotik. Di sana, Calhoun bertugas memimpin pasukan
pembasmi serangga yang mengancam kehidupan manusia. Adegan yang begitu “Amerika
banget”.
Menariknya, di Wreck-It Ralph,
Moore mengajarkan penonton bahwa pahlawan tidak melulu mendapatkan tanda jasa,
medali, atau penghargaan. Seperti yang dilakukan Ralph untuk teman barunya,
Vanellope von Schweetz, di permainan Sugar Rush.
Vanellope sesungguhnya pembalap tangguh.
Tapi King Race menghilangkan kemampuannya. Melupakan keinginan meraih medali,
Ralph menolong Vanellope kembali ke arena balap. Bahkan dia merelakan nyawanya
demi Vanellope.
Kata Ralph ketika
melihat Vanellope, “Aku tidak perlu medali. Selama anak itu menyukaiku, aku
tahu kalau aku tidak jahat.” Kalimat yang membuat saya bergumam, “Ooooh…”
Di sini, Moore juga mengajak penonton
untuk belajar menerima kondisi diri sendiri. Baik-buruknya. Seperti yang
diucapkan Ralph dan tokoh penjahat lainnya dalam kelompok pendukung atau support
grup, Bad-Anon. “I am bad, and that’s good, I will never be good,
and that’s not bad. There’s no one I’d rather be than me.”
Untuk pencinta video game, film
ini sungguh menarik. Apalagi bila hafal nama, karakter, dan kemampuan para
pemain. Sebab, mereka bisa melihat “kehidupan” asli para tokoh seusai
permainan. Seperti aktivitas Ken dan Ryu dari Street Fighter, yang kerap nongkrong di
Bar Taper seusai bertarung.
Lucu saja melihat mereka ngobrol,
bersantai, bercengkerama, bahkan saling jatuh cinta setelah sibuk adu jotos.
0 komentar:
Posting Komentar